Pages

Minggu, 25 Mei 2014

Keutamaan dan dzikir sholat dhuha


 SHOLAT DHUHA

·         Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tirmiji dan Abu Majah)
·         “Siapapun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)

1. Keutamaan Sholat Dhuha

a.  Allah Memberi Rezeki Yang Cukup Sepanjang Siang Hari
      Bagi mereka yang mengerjakan shalat Dhuha Allah SWT senantiasa mencukupkan segala kebutuhan seseorang sepanjang siang hari. Dari Nu'aim bin Hammar, dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Allah Azza Wa Jalla berfirman :

يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ.

Artinya :
Wahai anak Adam, janganlah engkau sampai tertinggal untuk mengerjakan shalat empat rakaat di awal siang (waktu Dhuha), niscaya Aku akan memberi kecukupan kepadamu sampai akhir siang.

 (Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam Sunannya, Kitab al-Sholaah, : 1097)

b. Sebagai Amalan Berbentuk Sedekah
     Untuk setiap sendi serta ruas-ruas tulang harus mengeluarkan sedekah untuk menunjukkan ketaatan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan shalat Dhuha adalah amalan yang dapat menunaikan tanggung jawab tersebut. Dari Abu Dzarr radhiallahu 'anh, dari Nabi shallallahu' alaihi wasallam, beliau bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ

وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ

وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى.

 Artinya:
Untuk tiap-tiap ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi hari. Setiap tasbih (Subhaanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik juga sedekah, dan mencegah kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat Dhuha. 

(Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, : 720)



c. Mendapat Pahala Sebagaimana Mengerjakan Haji Dan Umrah 
      Bagi mereka yang melakukan shalat Subuh berjamaah lalu tetap berada dalam masjid dengan berzikir kepada Allah dan mengerjakan shalat Dhuha pada awal terbitnya matahari maka dia mendapat pahala seperti mengerjakan haji dan umrah. Dari Anas radhiallahu 'anh, dia berkata: Rasulullah shallallahu' alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ

ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ.
Artinya:

Barangsiapa melakukan shalat Subuh berjamaah lalu sesudah itu dia tetap duduk (di masjid) untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit (dan meningkat), kemudian shalat (Dhuha) dua rakaat maka dia akan mendapat pahala seperti pahala haji dan umrah. Dia berkata (Anas), Rasulullah bersabda: Yang sempurna, Yang Sempurna, Yang Sempurna.  
(Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam Sunannya, Kitab al-Jumu'ah, : 535)

d. Sebagai Shalatnya Orang Yang Bertaubat
      Shalat Dhuha adalah termasuk shalat untuk orang-orang yang bertobat (Sholat Awwabin). Dari Zaid bin Arqam bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju tempat Ahli Quba' yang ketika itu mereka sedang mengerjakan shalat Dhuha. Beliau lalu bersabda:

صلاة الأوابين حين ترمض الفصال
Artinya:
Shalat Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari.
(Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, 748)

2. Hukum Sholat Dhuha

Pandangan para ulama tentang hukum mengerjakan shalat Dhuha adalah seperti berikut:
1. Sunat secara mutlak dan dikerjakan setiap hari
2. Sunat namun tidak didirikan setiap hari secara terus menerus.
3. Tidak disunatkan.
4. Disunatkan karena faktor tertentu seperti untuk mereka yang tertinggal mengerjakan shalat Qiyam al-Lail maka digantikan shalat tersebut dengan mengerjakan shalat pada waktu dhuha.
     Pendapat yang paling tepat dan dipegang oleh jumhur ulama (mayoritas ulama’) adalah shalat Dhuha termasuk amalan sunat mu'akkadah dan dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Ini adalah karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengerjakannya, menganjurkan para sahabat untuk mengerjakannya malah beliau pernah mewasiatkan hal itu kepada beberapa sahabat. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh,beliau berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ

صِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَام.َ

Artinya :
Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam telah mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijriyah), mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha dan mengerjakan shalat Witir sebelum tidur 
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih, kitab al-Shaum, : 1981)
      Meskipun wasiat ini ditujukan kepada seorang sahabat tetapi anjuran tersebut mencakup untuk seluruh umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kecuali jika terdapat lafal yang menunjukkan ia memang khusus untuk sahabat tersebut. Ternyata lafadz tersebut berbentuk umum apalagi beliau juga pernah mewasiatkan hal yang sama kepada Abu Darda' radhiallahu 'anh,beliau berkata:

أَوْصَانِي حَبِيبِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ

بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ.

Artinya :
Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam pernah mewasiatkan kepadaku tiga hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga akhir hayatku; berpuasa tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan shalat Dhuha dan tidak tidur sebelum mengerjakan shalat Witir. 
(Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya, KitabSholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, : 722)

Wirid shalat dhuha:
 رَبِّ اغْفِرْلِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الغَفُوْرُ  (100
(Rabbigh firlii watub ‘alayya innaka antat tawwaabul ghafuur).
Ya Tuhanku ampunilah dosa-dosaku dan terimalah tobatku sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima tobat lagi Maha Pengampun.
 يَا اَلله ُيَا رَزَّاقُ  (111X)
(Yaa Allahu yaa razzaaq 111X).
Wahai Allah wahai Pemberi rizki..

sumber :

Tidak ada komentar: