·
Barang siapa shalat
Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R.
Tirmiji dan Abu Majah)
·
“Siapapun yang
melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah,
sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (H.R Tirmidzi)
1. Keutamaan Sholat Dhuha
a. Allah Memberi Rezeki Yang Cukup Sepanjang Siang Hari
Bagi mereka yang mengerjakan shalat Dhuha
Allah SWT senantiasa mencukupkan segala kebutuhan seseorang sepanjang siang
hari. Dari Nu'aim bin Hammar, dia berkata: Saya pernah mendengar
Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Allah Azza Wa Jalla
berfirman :
يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تُعْجِزْنِي مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِي
أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ.
Artinya :
Wahai anak Adam, janganlah engkau sampai tertinggal untuk
mengerjakan shalat empat rakaat di awal siang (waktu Dhuha), niscaya Aku akan
memberi kecukupan kepadamu sampai akhir siang.
(Hadis riwayat Imam Abu Dawud dalam
Sunannya, Kitab al-Sholaah, : 1097)
b. Sebagai Amalan Berbentuk Sedekah
Untuk setiap sendi serta ruas-ruas
tulang harus mengeluarkan sedekah untuk menunjukkan ketaatan kita kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dan shalat Dhuha adalah amalan yang dapat menunaikan
tanggung jawab tersebut. Dari Abu Dzarr radhiallahu 'anh, dari Nabi
shallallahu' alaihi wasallam, beliau bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ
سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ
تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ
عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ
رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى.
Artinya:
Untuk tiap-tiap ruas dari anggota tubuh salah seorang di antara
kalian harus dikeluarkan sedekahnya setiap pagi hari. Setiap tasbih
(Subhaanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (Alhamdulillah) adalah sedekah,
setiap tahlil (Laa Ilaaha Illallah) adalah sedekah, setiap takbir (Allahu
Akbar) adalah sedekah, menyuruh untuk berbuat baik juga sedekah, dan mencegah
kemunkaran juga sedekah. Dan semua itu bisa diganti dengan dua rakaat shalat
Dhuha.
(Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya,
kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruha, : 720)
c. Mendapat Pahala Sebagaimana
Mengerjakan Haji Dan Umrah
Bagi mereka yang melakukan shalat
Subuh berjamaah lalu tetap berada dalam masjid dengan berzikir kepada Allah dan
mengerjakan shalat Dhuha pada awal terbitnya matahari maka dia mendapat pahala
seperti mengerjakan haji dan umrah. Dari Anas radhiallahu 'anh, dia berkata:
Rasulullah shallallahu' alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ
فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ
ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ.
Artinya:
Barangsiapa melakukan shalat Subuh berjamaah lalu sesudah itu dia
tetap duduk (di masjid) untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit
(dan meningkat), kemudian shalat (Dhuha) dua rakaat maka dia akan mendapat
pahala seperti pahala haji dan umrah. Dia berkata (Anas), Rasulullah bersabda:
Yang sempurna, Yang Sempurna, Yang Sempurna.
(Hadis riwayat Imam al-Tirmidzi dalam
Sunannya, Kitab al-Jumu'ah, : 535)
d. Sebagai Shalatnya Orang Yang Bertaubat
Shalat Dhuha adalah termasuk
shalat untuk orang-orang yang bertobat (Sholat Awwabin). Dari Zaid bin Arqam
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju tempat Ahli
Quba' yang ketika itu mereka sedang mengerjakan shalat Dhuha. Beliau lalu
bersabda:
صلاة الأوابين حين ترمض الفصال
Artinya:
Shalat
Awwabin (orang-orang yang taubat) dilakukan pada saat teriknya matahari.
(Hadis riwayat Imam Muslim dalam Shahihnya,
kitab Sholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, 748)
2.
Hukum Sholat Dhuha
Pandangan para ulama tentang hukum mengerjakan shalat Dhuha
adalah seperti berikut:
1. Sunat secara mutlak dan dikerjakan setiap hari
2. Sunat namun tidak didirikan setiap hari secara terus menerus.
3. Tidak disunatkan.
4. Disunatkan karena faktor tertentu seperti untuk mereka yang
tertinggal mengerjakan shalat Qiyam al-Lail maka digantikan shalat tersebut
dengan mengerjakan shalat pada waktu dhuha.
Pendapat yang paling tepat dan dipegang
oleh jumhur ulama (mayoritas ulama’) adalah shalat Dhuha termasuk amalan sunat
mu'akkadah dan dianjurkan untuk dilakukan secara rutin. Ini adalah karena
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengerjakannya, menganjurkan
para sahabat untuk mengerjakannya malah beliau pernah mewasiatkan hal itu
kepada beberapa sahabat. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anh,beliau berkata:
أَوْصَانِي خَلِيلِي
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ
صِيَامِ ثَلاَثَةِ
أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ
أَنَام.َ
Artinya :
Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam telah mewasiatkan kepadaku
tiga hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga akhir hayatku; berpuasa
tiga hari setiap bulan (hijriyah), mengerjakan dua rakaat shalat Dhuha dan
mengerjakan shalat Witir sebelum tidur
(Hadis riwayat Imam al-Bukhari dalam Shahih,
kitab al-Shaum, : 1981)
Meskipun wasiat ini ditujukan
kepada seorang sahabat tetapi anjuran tersebut mencakup untuk seluruh umat Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kecuali jika terdapat lafal yang
menunjukkan ia memang khusus untuk sahabat tersebut. Ternyata lafadz tersebut
berbentuk umum apalagi beliau juga pernah mewasiatkan hal yang sama kepada Abu
Darda' radhiallahu 'anh,beliau berkata:
أَوْصَانِي حَبِيبِي
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ
بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ
أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى
أُوتِرَ.
Artinya :
Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam pernah mewasiatkan kepadaku
tiga hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga akhir hayatku; berpuasa
tiga hari setiap bulan (hijrah), mengerjakan shalat Dhuha dan tidak tidur
sebelum mengerjakan shalat Witir.
(Hadis riwayat Imam
Muslim dalam Shahihnya, KitabSholaatul Musaafiriin wa Qashruhaa, : 722)
Wirid shalat dhuha:
رَبِّ اغْفِرْلِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ
الغَفُوْرُ (100
(Rabbigh firlii watub ‘alayya innaka antat tawwaabul ghafuur).
Ya
Tuhanku ampunilah dosa-dosaku dan terimalah tobatku sesungguhnya Engkau adalah
Maha Penerima tobat lagi Maha Pengampun.
يَا اَلله ُيَا رَزَّاقُ (111X)
(Yaa Allahu yaa razzaaq 111X).
Wahai
Allah wahai Pemberi rizki..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar