A. PENGERTIAN
Kejang
merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan.(betz & Sowden,2002)
Kejang
demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu
tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan potensial listrik
serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan berupa kejang.
B. ETIOLOGI
Penyebab demam itu sendiri disebabkan oleh:
1. Demam yang disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, gastroentritis, dan infeksi saluran
kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik pada
mikroorganisme
3. Respon alaergik atau keadaan umum
yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
5. Ensefalitis viral (
radang otak akibat virus ) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofali
toksik sepintas.
C. FATOPISIOLOGI
C. PATOFISIOLOGI
Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan
dari membran sel neuron dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan
natrium melalui membran tersebut dengan akibat teerjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut
neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang terjadi singkat pada
umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit ) biasanya disertai apnea, meningkatnya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas
otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting
adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan
kerusakan sel neuron otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis
setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang
dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi spontan, karena itu kejang
demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga
terjadi epilepsi.
D. Fatwhay
E. KOMPLIKASI
- Kejang berulang
- Epilepsi
- Hemiparese
- Gangguan mental dan belajar
F. ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
Pengumpulan data pada kasus kejang demam ini meliputi :
A.
Data subyektif
1. Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup
nama, umur, jenis kelamin.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2.
Riwayat
Penyakit
Riwayat
penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan : Apakah betul ada
kejang ?
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar dianjurkan menirukan gerakan kejang si anak
3. Apakah disertai demam ?
Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak antara timbulnya kejang dengan demam.
4. Lama serangan
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan pengobatan.
5. Pola serangan
§ Perlu diusahakan agar
diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal,
tonik, klonik ?
§ Apakah serangan berupa
kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi mioklonik ?
§ Apakah serangan berupa
tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti epilepsi akinetik
?
§ Apakah serangan dengan
kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik sepanjang kepala,
seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.
§
6. Frekuensi serangan
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
7. Keadaan sebelum, selama
dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya ?
8. Riwayat penyakit sekarang
yang menyertai
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
9. Riwayat penyakit dahulu
§ Sebelum penderita
mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah mengalami
kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
§ Apakah ada riwayat trauma
kepala, radang selaput otak, KP, OMA dan lain-lain.
10. Riwayat kehamilan dan
persalinan
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil, penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau dengan tindakan (forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan kejang-kejang.
11. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
12. Riwayat perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
§ Personal sosial
(kepribadian/tingkah laku sosial) : berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
§ Gerakan motorik halus :
berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan
yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil
dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda,
dan lain-lain.
§ Gerakan motorik kasar :
berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
§ Bahasa : kemampuan
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
13. Riwayat kesehatan
keluarga.
§ Adakah anggota keluarga
yang menderita kejang (+ 25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan)
§ Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit syaraf atau lainnya?
§ Adakah anggota keluarga
yang menderita penyakit seperti ISPA, diare atau penyakit infeksi menular yang
dapat mencetuskan terjadinya kejang demam.
14. Riwayat sosial
§ Untuk mengetahui perilaku
anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yanh mengasuh anak?
§ Bagaimana hubungan dengan
anggota keluarga dan teman sebayanya ?
15. Pola kebiasaan dan fungsi
kesehatan
§ Ditanyakan keadaan
sebelum dan selama sakit bagaimana ?
§ Pola kebiasaan dan fungsi
ini meliputi :
§ Pola persepsi dan
tatalaksanaan hidup sehat
§ Gaya hidup yang berkaitan
dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada
setiap perawatan dan tindakan medis ?
§ Bagaimana pandangan
terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan
apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
16. Pola nutrisi
§ Untuk mengetahui asupan
kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan
yang dikonsumsi oleh anak ?
§ Makanan apa saja yang
disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali minum, jenis
dan jumlahnya per hari ?
17. Pola eliminasi
§ BAK : ditanyakan
frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
§ ditanyakan bagaimana
warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta ditanyakan apakah disertai nyeri
saat anak kencing.
§ BAB : ditanyakan kapan
waktu BAB, teratur atau tidak ? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau
berlendir ?
18. Pola aktivitas dan
latihan
§ Apakah anak senang
bermain sendiri atau dengan teman sebayanya?
§ Berkumpul dengan keluarga
sehari berapa jam?
§ Aktivitas apa yang
disukai?
§
19. Pola tidur/istirahat
§ Berapa jam sehari tidur?
§ Berangkat tidur jam
berapa?
§ Bangun tidur jam berapa?
§ Kebiasaan sebelum tidur,
bagaimana dengan tidur siang ?
B.
DATA OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan
Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2.
Pemeriksaan
Fisik
1.
Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali? Adakah dispersi bentuk kepala? Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum ?
2.
Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
3.
Muka/
wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
4.
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
5.
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
6.
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas? Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
7.
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi?
8.
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
9.
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans ?
10. Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi intercostale? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
11. Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah bradicardi atau tachycardia ?
12. Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
13. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema, hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
14. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada daerah akral ?
15. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda infeksi ?
F. DIAGNOSA
KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Risiko
trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang
2.
Hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi
INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan I :
Risiko trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot/kejang
Tujuan : Risk detection.
Kriteria Hasil :
·
Tidak
terjadi trauma fisik selama perawatan.
·
Mempertahankan
tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
·
Mengidentifikasi
tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
·
Pengetahuan
tentang risiko
·
Memonitor
faktor risiko dari lingkungan
Rencana Tindakan : NIC : Pencegahan jatuh
·
Beri
pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang
·
Tinggalah
bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
Rasional : meningkatkan keamanan klien.
·
Berikan
tongue spatel diantara gigi atas dan bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
·
Letakkan
klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang
·
Catat
tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
Rasional : membantu menurunkan lokasi area cerebral yang terganggu.
·
Catat
tanda-tanda vital sesudah fase kejang
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.
Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal.
Diagnosa Keperawatan II :
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Thermoregulation
Kriteria Hasil :
·
Suhu
tubuh dalam rentang normal
·
Nadi
dan RR dalam rentang normal
·
Tidak
ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Rencana Tindakan : NIC : Fever treatment
·
Kaji
faktor – faktor terjadinya hiperthermi.
Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
Rasional : Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh.
·
Observasi
tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
·
Pertahankan
suhu tubuh normal
Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
Rasional : Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
·
Ajarkan
pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak .
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
Rasional : Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
·
Anjurkan
untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
Rasional : proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
·
Atur
sirkulasi udara ruangan.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
Rasional : Penyediaan udara bersih.
·
Beri
ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
Rasional : Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
·
Batasi
aktivitas fisik
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
Rasional : aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
DAFTAR PUSTAKA
Marilyn E.
Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah
Kariasa I Made, EGC, Jakarta.
Matondang,
Corry S, 2000, Diagnosis Fisis Pada Anak, Edisi
ke 2, PT. Sagung Seto: Jakarta.
Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Rendle John,
1994, Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara,
Jakarta.
Santosa NI,
1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI,
Jakarta.
Santosa NI,
1993, Asuhan Kesehatan Dalam Konteks Keluarga, Depkes
RI, Jakarta.
Soetjiningsih,
1995, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.
Suharso Darto,
1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Sumijati M.E, dkk, 2000, Asuhan
Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak, PERKANI :
Surabaya.
Wahidiyat
Iskandar, 1985, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 2, Info
Medika, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar