BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partus Lama merupakan salah satu dari beberapa penyebab
kematian ibu dan bayi baru lahir. Partus Lama adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 12 jam yang dimulai dari tanda-tanda persalinan. Partus
lama akan menyebabkan infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, kadang
dapat terjadi pendarahan post partum yang dapat menyebabkan kematian ibu. Pada
janin akan terjadi infeksi, cedera dan asfiksia yang dapat meningkatkan
kematian bayi. Para ibu baru yang menjalani persalinan pertamanya dengan
sulit dan lama mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan mempengaruhi mereka
untuk selamanya.
Secara keseluruhan, 60 persen wanita yang menjalani
persalinan sulit mengatakan bahwa pengalaman tersebut akan meninggalkan kesan
pada mereka sepanjang hidupnya. Persalinan yang lama biasa terjadi terutama
pada wanita yang baru menjalani persalinan anak pertama.
Persalinan lama didefinisikan sebagai persalinan dengan
kemajuan yang lama, yaitu ibu mengalami kontraksi teratur lebih lama dari 12
jam misalnya, atau persalinan yang membutuhkan operasi cesar darurat, bantuan
forseps, atau vakum. Para peneliti menemukan bahwa rasa sakit merupakan hal
yang utama diutarakan oleh para ibu baru, terutama mereka yang mengalami
persalinan lama.
B. Tujuan
1. Mengetahui
konsep persalinan lama
2. Mengetahui
penatalaksanaan Ibu dengan persalinan lama
3. Mengetahui
asuhan keperawatan Ibu dengan persalinan lama
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Partus
lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah berlangsung 12 jam
atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan garis waspada
persalinan aktif (Syaifuddin AB., 2002 : h 184).
Partus
lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada primigradiva, dan
lebih dari 18 jam pada multigradiva. (Mochtar, 1998 : h 348)
Partus
lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam, yang dimulai dari
tanda-tanda persalinan
B. ETIOLOGI
Pada
prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
a.
Kelaianan tenaga/his tidak efisien
(adekuat)
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap
persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalaami hambatan atau
kemacetan.
b.
Kelaianan janin (malpresenstasi,
malposisi, janin besar)
Persalinan dapat mengalami ganagguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau dalam bentuk janin.
c.
Kelaianan jalan lahir (panggul
sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
Kelaianan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa
menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
Faktor
resiko persalinan lama :
a.
Umur kurang dari 16 tahun akan
terjadi persalinan macet karna jalan lahir/tempat keluar janin belum berkembamg
sempurna/masih kecil.
b.
Tinggi badan kurang dari 140 cm
dikuatirkan akan terjadi persalinan macet karna tulang panggul sempit.
c.
Kehamilan pertama dikuatirkan akan
terjadi disproporsi janin dalam panggul sehingga akan membahayakan keselamatan
janin.
d.
Adanya riwayat persalinan sulit
ditakutkan akan terjadi lagi pada kehamilan yang selanjutnya.
C. TANDA DAN
GEJALA
Tanda
dan gejala partus lama, yaitu:
1.
Dehidrasi
2.
Tanda infeksi
v
Temperature tinggi
v
Nadi dan pernafasan
v
Abdomen meteorismus
3.
Pemeriksaan abdomen
v
Meteorismus
v
Lingkaran bandle tinggi
v
Nyeri segmen bawah rahim
4.
Pemeriksaan local vulva-vagina
v
Edema vulva
v
Cairan ketuban berbau
v
Cairan ketuban bercampur mekonium
5.
Pemeriksaan dalam
v
Edema serviks
v
Bagian terendah sulit didorong ke
atas
v
Terdapat kaput pada bagian terendah
6.
Keadaan janin dalam rahim
v
Asfiksia sampai terjadi kematian
7.
Akhir dari persalinan lama
v
Rupture uteri imminen sampai rupture
uteri
v
Kematian karena perdarahan dan atau
infeksi
8.
Pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada partograf.
9.
Pembukaan serviks kurang dari 1 cm
per jam.
10. Frekuensi
kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
a. Jenis-Jenis Kelainan His
1.
Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus
berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan
fundus tetap menonjol. Kelainannya terletak dalam hal kontraksi uterus lebih
aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik
dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak
berbahaya, baik bagi ibu maupun janin, kecuali persalinan berlangsung terlalu
lama; dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin baik. Keadaan
ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau
timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama, dan hal itu
dinamakan inersia uteri sekunder. Dalam menghadapi inersia uteri, harus
diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil.
Jangan dilakukan tindakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin.
Tidak dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakai sebagai pegangan
untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk mamulai terapi aktif.
2.
His terlampau kuat
His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine
contraction. Golongan coordinated hypertonic uterine contraction bukan
merupakan penyebab distosia. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien
menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang sangat sinagkat. Partus yang
sudah selesai kurang dari 3 jam dinamakan partus presipitatus yang ditandai
oleh sifat his yang normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelaiannya pada
kekuatan his. Bahaya partus presipitataus bagi ibu ialah terjadinya perlukaaan
luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum. Bayi bisa mengalami
perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam
waktu yang singkat.
3.
Incoordinate uterine action
Di sini sifat his berubah. Tonus otot terus meningkat, juga
di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada
sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya koordinasi antara
kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot uterus yang menarik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His jenis ini juga disebut sebagai uncoordinated
hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan lama dengan
ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus sirkuler
setempat, sehingga terjadi penyempitan kavumuteri pada tempat itu. Ini
dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. Kelainan ini bisa
primer atau sekunder. Distosia servikalis dinamakan primer kalau serviks tidak
membuka karena tidak mengadakan relaksasi berhubung dengan incoordinate uterine
action. Penderita biasanya seorang primigravida. Kala I menjadi lama, dan dapat
diraba jelas pinggir serviks yang kaku. Kalau keadaaan ini dibiarkan, maka
tekanan kepala terus menerus dapat menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan
dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Distosia
servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada serviks, misalnya
karena jaringan parut atau karena karsinoma. Dengan his kuat serviks bisa
robek, dan robekan ini dapat menjalar ke bagian bawah uterus.
b. kelainan kala pada partus lama
1.
Kelaianan kala I
a.
Fase laten memanjang
Fase
laten terjadi bersamaan dengan persepsi ibu yang bersangkutan akan adanya his
teratur yang disertai oleh pembukaan serviks yang progresif, walaupun lambat,
dan berakhir pada pembukaan 3-5 cm. Ibu diklasifikasikan barada dalam
persalianan aktif apabila dilatasi mencapai 5 cm (Rosen).
Lama fase laten sebesar 20 jam pada
ibu nulipara dan 14 jam pada ibu multipara mencerminkan nilai maksimum secara
statistic. Durasi rata-ratanya adalah 8,6 jam dan rentangnya dari 1-44 jam
(Friedman & Sachtelben). Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi fase laten
antara lain adalah lama anesthesia regional atau sedasi yang berlebihan,
keadaan serviks yang buruk (missal tebal, tidak mengalami pendataran, atau
tidak membuka), persalianan palsu.
Friedman mengklaim bahwa istirahat
atau stimulasi oksitoksin sama efektif dan amannya dalam memperbaiki fase laten
yang berkepanjangan. istirahat lebih disarankan karena persalinan palsu sering
tidak disadari. Menurut Friedman, memanjangnya fase laten tidak memperburuk
morbiditas atau mortalitas janin dan ibu, tetapi Chelmow membantah anggapan
tersebut.
b.
Fase aktif memanjang
Friedman
membagi fase aktif menjadi gangguan protraction (berkepanjangan/berlarut-larut)
dan arrest (macet/tak
maju). Ia mendefinisikan protraksi sebagai kecepatan pembukaan atau penurunan
yang lambat, yang untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan < 1,2 cm/jam
atau penurunan <1cm/jam. untuk multipara, protraksi didefinisukan sebagai
kecepatan pembukaan < 1.5 cm/jam atau penurunan < 2cm/jam. Ia
mendefinisikan arrest sebagai berhentinya secara total pembukaan atau
penurunan; kemacetan pembukaan (arrest
of dilatation) di definisikan sebagai tidak adanya perubahan serviks dalam 2
jam,dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai tidak adanya penurunan
janin dalam 1 jam.
Keterkaitan
atau factor lain yang berperan dalam persalinan yang berkepanjangan dan macet
adalah sedasi berlebihan, anesthesia regional, dan malposisi janin, misalnya
oksiput posterior persisten. Pada persalinan ini Friedman menganjurkan
pemeriksaan Fetopelviks untuk mendiagnosis disproporsi sefalopelviks. terapi
yang dianjurkan adalah penatalaksanaan menunggu, sedangkan oksitoksin
dianjurkan untuk persalinan yang macet tanpa disproporsi sefalopelviks.
2.
Kelainan kala II
Tahap
ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir dengan keluarnya
janin. Median durasinya adalah 50 menit untuk nulipara dan 20 menit untuk
multipara, tetapi angka ini juga sangat bervariasi. pada ibu dengan paritas
tinggi liang vagina dan perineumnya sudah melebar, 2 atau 3 kali usaha mengejan
setelah pembukaan lengkap mengkin cukup untuk mengeluarkan janin. Sebaliknya,
pada seorang ibu dengan panggul sempit atau janin besar, atau dengan kelainan
gaya ekspulsif akibat anesthesia regional atau sedasi yanag berat, maka kala II
dapat sangat memanjang. Kilpatrick dan Laros melaporkan bahwa rata-rata
persalinan kala II, sebelum pengeluaran janin spontan, memanjang sekitar 25
menit oleh anastesi regional. Tahap panggul atau penurunan janin pada
persalinan umumnya berlangsung setelah pembukaan lengkap. Selain itu, kala II
melibatkan banyak gerakan pokok yang penting agar janin dapat melewati jalan
lahir. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi 2 jam dan diperpanjang sampai
3 jam apabila digunakan analgesi regional. Untuk multipara 1 jam adalah
batasnya, diperpanjang menjadi 2 jam pada penggunaan analgesi regional.
F. Dampak Persalinan Lama
Pada Ibu-Janin
Dampak
yang ditimbukan oleh partus lama antara lain:
A.
Infeksi Intrapartum
Infeksi adalah bahaya yang serius
yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai
pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi
desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu
dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi,
adalah konsekuensi serius lainnya. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan
akan memasukkan bakteri vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan
ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi
persalinan lama.
B.
Ruptura Uteri
Penipisan abnormal segmen bawah
uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan
parietas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. Apabila disproporsi antara
kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap (engaged)
dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi sangat teregang
kemudian dapat menyebabkan ruptura. Pada kasus ini, mungkin terbentuk cincin
retraksi patologis yang dapat diraba sebagai sebuah Krista transversal atau
oblik yang berjalan melintang di uterus antara simpisis dan umbilicus. Apabila
dijumpai keadaan ini, diindikasikan persalinan perabdominan segera.
C.
Cincin Retraksi Patologis
Walaupun sangat jarang, dapat timbul
konstriksi atau cincin local uterus pada persalianan yang berkepanjangan. Tipe
yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan
cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat
persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen
bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman
akan rupturnya SBR. Konstriksi uterus local jarang dijumpai saat ini karena
terlambatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Konstriksi
local ini kadang-kadang masih terjadi sebagai konstriksi jam pasir (hourglass
constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini,
konstriksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum yang
sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang
dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar
kedua.
D.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan
kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan
lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan
jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula
vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat
penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan.
E.
Cidera Otot-otot Dasar Panggul
Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat
tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan
ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi
perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Efek-efek ini
bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul.
F.
Kaput Suksedaneum
Apabila panggul sempit, sewaktu
persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yng besar di bagian terbawah kepala
janin. Kaput ini dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan
diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara
kepala sendiri belum cakap.
G.
Molase kepala Janin
Akibat tekanan his yang kuat,
lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura
besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal
yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang di
sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang
oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering
terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi
yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi
pembuluh darah janin, dan perdarahan intracranial pada janin.
I.
PENATALAKSANAAN
- Tujuan perawatan :
1. Memperbaiki keadaan umum ibu
- Koreksi cairan ( rehidrasi)
- Koreksi keseimbangan asam basa
- Koreksi keseimbangan elektrolit
- Pemberian kalori
- Pemberantasan infeksi
- Penurunan panas
2.
mengakhiri persalinan dengan cara tergantung dari penyebab kemacetan atau anak hidup
atau mati
Sebaiknya tindakan pertama dilakukan lebih dahulu sampai
kondisi ibu optimal untuk dilakukan tindakan kedua, diharapkan dalam 2-3 jam
sudah ada perbaikan Bila pembukaan lengkap dan syarat-syarat persalinan
pervaginam terpenuhi maka dapat dilakukan ekstraksi vacum, ekstraksi forcep,
atau perforasi kranioflasi Bila pembukaan belum lengkap dilakukan sectio
caesarea
Persalinan normal berlangsung lebih kurang 14 jam, dari awal pembukaan sampai lahirnya anak
Persalinan normal berlangsung lebih kurang 14 jam, dari awal pembukaan sampai lahirnya anak
Apabila terjadi perpanjangan dari
1. Fase laten (primi : 20 jam, multi : 14 jam)
2. fase aktif (primi: 1,2 cm/ jam, multi 1 ½ cm/ jam)
3. kala III (primi : 2 jam, multi : 1jam)
maka disebut partus lama
Partus lama jika tidak segera diakhiri akan menimbulkan :
1. Kelelahan
pada ibu karena mengejan terus-menerus sedangkan intake kalori biasanya
berkurang
2. dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/ elektrolit karena intake cairan yang kurang
3. gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.
4. infeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril
5. perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatic
2. dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/ elektrolit karena intake cairan yang kurang
3. gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam jalan lahir.
4. infeksi rahim, timbul karena ketuban pecah lama sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang kurang steril
5. perlukaan jalan lahir, timbulkan persalinan yang traumatic
J. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
keluarnya cairan sehubungan dengan
pemanjangan persalinan dan pembatasan cairan/ tidak adekuatnya intake cairan
Tujuan :
Rehidrasi cairan pasien tercapai dalam proses persalinan
Intervens :
- pemberian cairan IV sesuai program pengobatan
rasional : cairan IV menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh
- cek bibir pasien dan kekeringan membran mukosa dan turgor kulit
rasional : dengan pengkajian klinik tahu tanda-tanda dehidrasi
- monitor cairan pasien intake dan output
rasional : membantu untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
Intervens :
- pemberian cairan IV sesuai program pengobatan
rasional : cairan IV menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh
- cek bibir pasien dan kekeringan membran mukosa dan turgor kulit
rasional : dengan pengkajian klinik tahu tanda-tanda dehidrasi
- monitor cairan pasien intake dan output
rasional : membantu untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan tidak efektifnya dalam mengikuti proses persalinan
Tujuan :
Pengurangan rasa nyeri yang dialami selama proses persalinan
Intervensi :
- Bantu pasien untuk memberikan support dengan menunggu pasien selama mungkin
Rasional : dengan kehadiran perawat secara kekeluargaan mengurangi rasa nyeri
- Pimpin pasien dalam teknik bernafas dan latihan relaksasi
Rasional : mengurangi rasa tidak nyaman
- Memberikan rasa nyaman, elusan pinggang dan penggantian posisi
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan menolong untuk rileks
Intervensi :
- Bantu pasien untuk memberikan support dengan menunggu pasien selama mungkin
Rasional : dengan kehadiran perawat secara kekeluargaan mengurangi rasa nyeri
- Pimpin pasien dalam teknik bernafas dan latihan relaksasi
Rasional : mengurangi rasa tidak nyaman
- Memberikan rasa nyaman, elusan pinggang dan penggantian posisi
Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan menolong untuk rileks
3.
Resiko infeksi berhubungan dengan
ketuban pecah, adanya perangsangan pada vagina dengan menggunakan alat misal :
kateter
Tujuan :
Tidak terjadi tanda – tanda infeksi sebagi akbat distosia
Intervensi
- Monitor suhu, nadi tiap 2 jam
Rasional : peningkatan nadi adalah salah satu tanda infeksi
- Dilakukan vulva higiene sebelum tindakan intra vaginal ( dengan menggunakan bahan desinfektan yodium bila tidak alergi dengan yodium
Rasional : dapat mengurangi masuknya kuman/ bakteri pada kulit selama tindakan
- Penggunaan sarung tangan steril serta teknik yang baik dan benar selama tindakan intra vaginal
Rasional : meminimalkan masuknya kuman
- Perlakukan terhadap intra vaginal jika ada indikasi
Rasional: dengan menggunakan pengkajian dan monitoring dapat mengurangi kemungkinan rupturnya membran ( ketuban)
Tidak terjadi tanda – tanda infeksi sebagi akbat distosia
Intervensi
- Monitor suhu, nadi tiap 2 jam
Rasional : peningkatan nadi adalah salah satu tanda infeksi
- Dilakukan vulva higiene sebelum tindakan intra vaginal ( dengan menggunakan bahan desinfektan yodium bila tidak alergi dengan yodium
Rasional : dapat mengurangi masuknya kuman/ bakteri pada kulit selama tindakan
- Penggunaan sarung tangan steril serta teknik yang baik dan benar selama tindakan intra vaginal
Rasional : meminimalkan masuknya kuman
- Perlakukan terhadap intra vaginal jika ada indikasi
Rasional: dengan menggunakan pengkajian dan monitoring dapat mengurangi kemungkinan rupturnya membran ( ketuban)
4.
gangguan perfusi jaringan plasenta
fetal distres berhubungan dengan memanjangnya proses persalinan
Tujuan :
perkembangan bunyi jantung janin baik
Intervensi :
- observasi tanda-tanda fetal distres
rasional : penurunan indikasi terjadinya fetal distres
- observasi warna campuran amnion
rasional : mekonium keruh atau tidak bersih indikasi fetal distres
- posisi klien miring ke posisi lateral
rasional : pasisi ini mengalirkan darah ke plasenta bertambah
perkembangan bunyi jantung janin baik
Intervensi :
- observasi tanda-tanda fetal distres
rasional : penurunan indikasi terjadinya fetal distres
- observasi warna campuran amnion
rasional : mekonium keruh atau tidak bersih indikasi fetal distres
- posisi klien miring ke posisi lateral
rasional : pasisi ini mengalirkan darah ke plasenta bertambah
Persalinan merupakan tingkat akhir
persalinan lama dengan disertai komplikasi sehingga bidan perlu melakukan
tindakan medis:
1. Memberikan
rehidrasi dan infus cairan penganti.
2. Memberikan
perlindungan antibiotika-antipretika.
3. Mengantar
penderita, sehingga dapat memerikan keterangan atau memberikan
keterangan tertulis
4. Intervensi medis lainya tidak
perlu di lakukan sebab kemungkinan akan menambah bahaya ibu maupun janin dalam
rahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar