1. A. Pengertian
Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu,
yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan
sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan
penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain
aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi
serta koordinasi tubuh.
Sistem endokrin hamper selalu bekerja sama
dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh
berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem
tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak
bekerja melalui transmisi kimia.
2.
Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada
sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya
dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan
sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit
hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun
hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali
sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan
waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan
kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan
informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang
berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut
bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
1. B. Sel-sel
Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
1.
Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf,
tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel
saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga
dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang
dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel
saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
2.
Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel
endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki
bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin
sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik
vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek
studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska.
Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
1. C. Klasifikasi,
Fungsi, dan Sifat Hormon
Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan
turunan tirosin.
Steroid
|
Peptida
|
Protein Besar
|
Turunan Tirosin
|
Testosteron
Esterogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D-3
|
Hormon
Hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin
Sekretin
Glukagon
Kalsitonin
Insulin
Parathormon
|
Hormon
Pertumbuhan
Prolaktin
LH
FSH
TSH
|
Katekolamin, meliputi
:
Noradrenalin
Adrenalin
Hormon Tiroid,
meliputi :
Tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)
|
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat
sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :
Hormon
Thymic
: Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan
sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang
menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah
dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan
glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini
dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh
akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini
bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin,
Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan tau organ
yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik
yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons
prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual,
menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan
berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.
1. D. Jenis
Kelenjar Endokrin
1) Kelenjar
Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of
glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar
endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh
faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan
posterior.
1.
a. Hipofisis anterior:
Hormon Somatotropin(untuk pembelahan
sel,pertumbuhan)
Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan
pengambilan unsur yodium)
Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar
korteks membentuk hormon)
Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan
folikel, pada pria pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan
korpus luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon
testosteron)
b. Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur
melanosit)
1.
c. Hipofisis posterior
Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air
ginjal)
2) Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar
endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher.
Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat
protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar
tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi
tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali
hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik
hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH
adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3) Kelenjar
Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam
kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon paratiroid (PTH) yang
berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh
melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan
sel oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4) Adrenalin
5) Pankreas : Kelenjar ini
menghasilkan hormon insulin
6)
Testis : Menghasilkan hormon testosteron
7)
Ovum :Menghasilkan
hormon estrogen yang berfungsi untuk menebalkan dinding rahim dan progesteron
yang berfungsi untuk menjaga ketebalan dinding rahim.
1. E. Sifat
Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan adanya
kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah
sebagai berikut.
1.
Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang
belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon
memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
2.
Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat
rendah dan sebagian hormon berumur pendek.
3.
Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi
dengan sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain
(contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa
jam samapai beberapa hari.
4.
Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
5.
Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam
mekanismenya.
1.
F. Mekanisme Aksi
Hormon
Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat
terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon
protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan
segera berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss hormon-reseptor.
Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan
penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan
memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang
dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
ü Perubahan aktivitas enzim : perubahan
aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism tertentu dapat terselenggara
atau terhenti.
ü Pengaktifan mekanisme transport aktif :
proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk memasukkan tau
mengeluarkan suatu zat.
ü Aktivitas pembentukan mikrotubulus :
perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai
peristiwa yang tergantung padanya, antara alin pergerakan ameba dan mitosis
sel.
ü Pengubahan aktivitas metabolism DNA :
pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat memepengaruhi proses pertumbuhan
atau pembelahan sel.
Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma
sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid
dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid
sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh,
hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul
pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon
berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks
hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sanagt
tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi
dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks
hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif
atau pasif.
1.
G. Sistem
Endokrin Pada Invertebrata
Sejumlah invertebrata tidak mempunya organ
khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel
neurosekretori, yang merupakan sumber hormon pada invertebrata. Sel
neurosekretori dapat ditemukan antara lain,
Coelenterata
Contohnya ialah Hydra. Hydra mempunyai sejumlah
sel yang dapat menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses
reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala hydra dipotong, sisa
tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptide yang disebut activator kepala. Zat
tersebut akan memnyebabkan sisa tubuh hydra dapat membentuk mulut dan tentakel,
dan selanjutnya membenyuk daerah kepala.
Platihelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang
berperan penting dalam proses regenerasi. Hormon yang dihasilkan tersebut juga
terlibat dalam regulasi osmotic, ionic, dan dalam proses reproduksi.
Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga 4
kali dalam siklus hidupnya., serta mempunyai struktur khusus yang berfungsi
untuk sekresi neurohormon, yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur
khusus tersebut terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada
daeran korda saraf.
Annelida
Cacing poliseta dewasa dapat mengalami epitoki
yakni perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini
dikendalikan oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan akan menghambat
epitoki sehingga epitoki akan berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangaan
rendah.
Moluska
Pada hewan ini ditemukannya hormon yang
merangsang pelepasna telur dari gonad dan pengeluaran telur dari tubuh.dalam
hal ini, kelenjar endokrin klasik memiliki peran yang sangat penting. Kelenjar
optic disuga menyekresi beberapa hormon yang diperlukan untuk perkembangan
sperma dan ovum.
Crustacea
Crustacea memiliki sejumlah sel kecil sel
endokrin klasik, yaitu organ Y dan kelenjar mandibula. Organ Y merupakan
sepasang kelenjar yang terletak di daerah toraks tepatnya pada ruas maksila
atau antenna. Hormon Y mempengaruhi proses molting. Kelenjar mandibula terletak
di dekat organ Y memiliki fungsi endokrin juga. Krustasea juga memiliki
kelenjar androgenic yang berperan dalam perkembanagn testis dan produksi
sperma.
Insekta
Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, sebagai berikut.
1.
Sel neurosekretori medialis : memiliki akson yang membentang
hingga ke korpora kardiaka, yakni sepasng organ yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan dan pelepasan neurohormon.
2.
Sel neurosekretori lateralis : memiliki akson yang membentang
hingga ke korpora kardiaka.
3.
Sel neurosekretori subesofageal : terdapat di bawah kerongkongan
dan memiliki akson yang membentang ke korpora alata yang merupakan organ
endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk mengendalikan berbagai aktivitas
pertumbuhan dan pengelupasan rangka luar (kulit luar).
1. H. Sistem
Endokrin Pada Vertebrata
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of
glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol
kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini
dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim.
a. Hipofisis anterior:
Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel,pertumbuhan)
Hormon tirotropin(sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur
yodium)
Hormon Adrenokortikotropin(merangsang kelenjar korteks membentuk
hormon)
Hormon Laktogenik(sekresi ASI)
Hormon Gonadotropin( FSH pada wanita pemasakan
folikel, pada pria pembentukan spermatogonium; LH pada wanita pembentukan
korpus luteum,pada pria merangsang sel interstitial membentuk hormon testosteron)
b. Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)
1. c. Hipofisis
posterior
Hormon oksitosin(merangsang kontraksi kelahiran)
Hormon Vasopresin( merangsang reabsorpsi air ginjal).
Organ
|
Hormon
|
Fungsi Hormon
|
Rahim dan kelenjar
susu
|
oksitosin
|
Memacu kontraksi rahim
selama melahirkan dan pengeluaran air susu dari kelenjar susu
|
Ginjal
|
Hormon Anti Diuretik
(ADH)
|
Mempertahankan kadar
air dalam darah dengan meningkatkan penyerapan air dari ginjal
|
Kelenjar Tiroid
|
Hormon Pemacu Tiroid
(TSH)
|
Memacu pembentukan dan
pengeluaran hormon tiroid
|
Kelenjar Adrenal
|
Adrenokortikotropik
hormon (ACTH)
|
Memacu pembentukan dan
pengeluaran hormon steroid di korteks adrenal
|
Organ Reproduksi
|
Gonadotropin (LH, FSH)
|
Merangsang
pembentukkan ovum dan sperma aerta sejumlah fungsi reproduktif lainnya
|
Kelenjar susu
|
prolaktin
|
Merangsang pembentukan
pengeluaran hormon steroid air susu setelah melahirkan
|
Tulang dan otot
|
Hormon pertumbuhan
(GH)
|
Merangsang pertumbuhan
badan
|
Organ
|
Hormon
|
Fungsi Hormon
|
Paratiroid
|
Parathormon
|
Meningkatkan kadar
kalsium darah
|
Tiroid
|
Kalsitonin
Tiroksin
|
Menurunkan kadar
kalsium darah
Meningkatkan
metabolisme sel
dan berperan penting
dalam pertumbuhan serta pemasakan sel (tubuh) secara normal
|
Lambung
|
Gastrin
|
Mengatur sekresi asam
lambung
|
Medula adrenal
|
Adrenalin
|
Respons segera
terhadap stress, antara lain meningkatkan kadar gula darah dan curah jantung
|
Korteks adrenal
|
Glukokortikoid
(kortikosteron)
Mineralokortikoid
(aldosteron)
|
Regulasi
metabolisme
Mengatur kadar
elektrolit
|
ovarium
|
Esterogen
progesteron
|
Menginisiasi
proliferasi endometrium
Mempertahankan
ketebalan endometrium
|
Testis
|
Androgen
(testosteron)
|
Mempertahankan
pembentukan sperma,
Dan terlibat dalam
perkembangan ciri seks sekunder
|
1. I. Penyakit
Pada Sistem Endokrin
Setiap tubuh seseorang pasti mengalami perubahan
dan akan mempengaruhi fungsi sistem endikron dan sekresi (keluarnya) hormon.
Berubahnya tingkat hormon bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti stress,
infeksi, penuaan, genetik, dan lingkungan yang bisa merusak keseimbangan badan.
Bila sistem endokrin tidak seimbang, ia akan terganggu dan tidak dapat
berfungsi dengan baik. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan
bisa merusak kesehatan kita lewat beragam cara.
Ada banyak penyakit sistem endokrin yang
diakibatkan oleh gangguan pada sistem yang komplek ini. Di antara
penyakit-penyakit yang sudah polpuler antara lain:
v Gangguan
pertumbuhan, seseorang yang kelebihan hormon pertumbuhan akan mengalami
pertumbuhan yang luar biasa. Pada anak-anak kelebihan hormon pertumbuhan
disebut gigantisme dan pada orang dewasa
disebut ackromegali. Sebaliknya, bila
anak-anak mengalami kekurangan hormon, ia akan mengalami kekerdilan.
v Hyperprolactinemia, sekresi prolaktin yang
berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan produksi/keluarnya air susu ibu
(galactoorhea) meski tidak mengandung atau tidak menstruasi (amemorrhea).
v Kegagalan
fungsi gonad (hypogonadisme, akibat kekurangan sekresi Hormon Peluteinan (LH)
dan Hormon Perangsang Folikel (FSH). Keadaan ini biasanya sering dialami pria,
yakni berupa kegagalan menghasilkan jumlah sperma yang normal.
v Penyakit
tiroid,
hormon tiroid yang berlebihan sebagai hasil dari kelenjar tiroid yang terlalu
aktif disebut hyperthyroidisme. Hal ini akan
menyebabkan badan meningkatkan keadaan metabolik yang naik. Kondisi ini akan
mengabkibatkan banyak sistem dalam tubuh mengembangkan fungsi yang tidak
normal. Hypothyroidisme adalah kondisi di mana
hormon tiroid kurang disekresi dari kelenjar tiroid yang kurang aktif. Hal ini
akan melambatkan proses-proses dalam tubuh dan mungkin mengakibatkan kepenatan,
denyut jantung lemah, kulit menjadi kering, berat badan meningkat, dan sembelit.
Pada anak-anak, penyakit ini menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan telatnya
masa balig.
v Penyakit
kencing manis, penyakit sistem endokrin yang sering kita dijumpai. Penyakit
kecing manis ada dua. Jenis pertama terjadi apabila pankreas gagal menghasilkan
insulin yang mencukupi. Sementara, jenis kedua terjadi akibat badan tidak mampu
merespon insulin dengan normal. Penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan
gagal ginjal, neuropathy dan kerusakan saraf, kebutaan, amputasi kaki, sakit
jantung, serta stroke.
v Osteoporosis, terjadi baik pada
wanita maupun laki-laki. Ini terjadi bila struktur tulang menjadi semakin lemah
dan kelihatan seperti retak atau patah. Banyak faktor penyebabnya, termasuk
kekurangan hormon estrogen pada masa menopaus wanita, atau kekurangan hormon
tetosteron pada laki-laki seiring bertambhnya usia.
v Sindrom
Ovari Polisistik, PholycysticOvary Syndrome (PCOS) adalah penyakit
endokrin yang menyerang lebih kurang 5% jumlah wanita. Wanita yang mengalami
PCOS ini menghasilkan jumlah hormon seks lelaki (endogren) yang berlebihan. Hal
ini bisa menghalangi proses ovulasi dan menyebabkan ketidaksuburan. Para
penderita PCOS mungkin mengalami gangguan menstruasi atau malah tidak
menstruasi, tidak subur, rambut yang tumbuh berlebihan. Penyakit ini bisa
mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang pada wanita.
v Menopause, yakni masa perubahan
badan di mana level estrogen, testosteron, dan progesteron semakin berkurang
dan akhirnya sama sekali berhenti produksi. Kekurangan estrogen menyebabkan
badan terasa panas, berpeluh, emosi tidak stabil, murung, vagina kering, urin
terganggu, hilang konsentrasi, dsb. Ada banyak risiko jangka panjang yang bisa
terjadi seperti penyakit kardiovaskular meningkat, kegemukan, perubahan tingkat
kolesterol, risiko osteoporosis meningkat, penyakit Alzhiemer, dsb.
v Diabetes
insipidus,
penyakit diakibatkan oleh kekurangan hormon antidiuresis. Masalah ini timbul
akibat rusaknya tangkai pituitari atau kelenjar pituitari posterior. Penderita
yang mengidap diabetes insipidus ini selalu merasa dahaga dan sering kencing.
v Ketidakcukupan
Adrenal atau penyakit Addison, yakni akibat rusaknya fungsi korteks adrenal
dan secara langsung mengakibatkan kekurangan pengeluaran/sekresi hormon
kortikosteroid adrenal. Gejala-gejalanya antara lain; badan lemah, penat, loyo,
kekurangan/turunnya berat badan, murung, lesu, muntah-muntah, anoreksia, dan
hiperpigmentasi.
v Sindrom
Cushing,
yakni keadaan akibat hipersekresi [perembesan yang berlebih] glukokortikoid
dari korteks adrenal. Gejalanya antara lain termasuk kegemukan, gagal
pertumbuhan, lemah otot, kulit mudah lebam, jerawat, tekanan darah tinggi, dan
perubahan psikologis.
KESIMPULAN
Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara
kooperatif untuk mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara
menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan
oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel neurosekretori. Hormon dapat
diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon peptide dan hormon
turunan tirosin
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik.
Pengaruh tersebut berkaitan erta dengan adanya reseptor hormon pada sel target
yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di
membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih
sederhana dan organ endokrin yang dimiliki pada umumnya berupa organ
neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ
endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin klasik dan
organ endokrin tepi.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, et all. 2003. Biologi
Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem
Endokrin.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan.
Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin, 24
Januari 2011.
http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,
24 Januari 2011.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/,
diakses 22 Januari 2011.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/,
diakses 22 Januari2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar